Ramadhan dan Idul Fitri Konsumsi Jor-joran Bakal Kerek Pertumbuhan Ekonomi
Kliping.id-Jakarta-Pemerintah sudah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2021 ini sebesar 5,3 persen. Bahkan, pada kuartal II tahun ini, Presiden Joko Widodo menargetkan 7 persen untuk merealisasikan pertumbuhan 2021 5,3 persen. Banyak prasyarat untuk mengejar itu, salah satunya pertumbuhan di kuartal II-IV harus mencapai 7 persen.
“Jika pemerintah masih menargetkan pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 5,3 persen, maka pada kuartal II, III, dan IV 2021 pertumbuhan ekonomi harus mencapai 7 persen setiap kuartalnys. Jika ada satu kuartal yang capaiannya di bawah 7 persen, pupus harapan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di 2021 ini,” kata Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan saat diwawancara lewat jaringan Whatsapp, Jumat (16/4/2021).
Hergun, begitu politisi Partai Gerindra ini akrab disapa, menuturkan bahwa pada APBN 2021, pertumbuhan ekonomi ditetapkan pada kisaran 4,5-5,5 persen. Namun, pada pertengahan Februari 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisinya menjadi 4,3-5,3 persen. Ada penurunan proyeksi sebesar 0,2 persen. Sementara pada kuartal I-2021, Menkeu Sri Mulyani hanya berani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran -1 persen hingga 0,1 persen. Artinya pada kuartal I-2021 ekonomi diperkirakan masih minus.
Menurut Hergun, capaian minus pada kuartal I-2021 harus ditutup dengan pertumbuhan yang tinggi pada kuartal-kuartal berikutnya dan kuartal II-2021 merupakan penentunya. Sementara kondisi kuartal II-2021 sendiri diprediksi belum sepenuhnya pulih. “Kuartal I-2021 diprediksi masih minus, sehingga dibutuhkan dorongan super besar untuk mencapai pertumbuhan 7 persen pada kuartal II-2021,” pandangnya.
Di sisi lain, memang ada yang positif pada kuartal II nanti. Setidaknya ada dua data yang menunjukkan optimisme tersebut. Pertama, Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI). Hasil survei BI memperkirakan, kinerja sektor industri pengolahan meningkat dari 50,01 persen pada kuartal I-2021 menjadi 55,25 persen atau berada dalam fase ekspansi pada kuartal II-2021.
Kedua, lanjut Hergun, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang menunjukkan kegiatan dunia usaha terus menguat. Indikasinya, nilai saldo bersih tertimbang (SBT) kuartal II-2021 mencapai 18,87 persen dibanding 4,50 persen pada kuartal I-2021 dan minus 3,90 persen pada kuartal IV-2020. Peningkatan terjadi pada seluruh sektor, terutama industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
“Apalagi pada kuartal II-2021 juga bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2021. Biasanya pada kedua momentum tersebut, masyarakat meningkatkan konsumsinya karena didorong penerimaan THR. Pemerintah memperkirakan penambahan konsumsi masyarakat sebesar Rp215 triliun yang berasal dari THR dan Gaji ke-13 ASN sebesar Rp43 triliun, THR pekerja formal sebesar Rp100 triliun dan THR pekerja informal sebesar Rp72 triliun,” ungkap pria asal Sukabumi, Jawa Barat ini.
Dia menambahkan, data positif itu harus dibandingkan pula dengan proyeksi negatif dari IMF yang tidak bisa diabaikan begitu saja. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen sepanjang tahun 2021. Padahal, untuk pertumbuhan ekonomi dunia, IMF memproyeksikan naik dari 5,5 persen ke 6 persen. Hergun berharap, pemerintah mempejari betul proyeksi IMF tersebut. “Bukan tidak mungkin proyeksi IMF lebih presisi dibanding proyeksi yang disampaikan pemerintah,” tutupnya